Sejenak Menikmati Indahnya Perkebunan Teh Malabar Bandung

bastianrental.com – Berbicara mengenai Bandung tidak terlepas dari wisata alamnya yang begitu indah. Tempat wisata yang akan dibahas kali ini ialah tentang salah satu perkebunan teh yang luas yang terhampar sepanjang mata memandang di salah satu daerah di wilayah Bandung Selatan, tepatnya di Malabar Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Perkebunan teh Malabar merupakan perkebunan teh yang luas dengan hamparan hijau tanaman teh bagai hamparan permadani hijau. Dengan luas wilayah sekitar 2.022 hektar, area perkebunan ini begitu indah dengan pemandangan perkebunan teh yang tak kunjung habis.

Jam Buka dan Tiket Masuk ke Perkebunan Teh Malabar

Untuk dapat memasuki kawasan Wisata Perkebunan Teh Malabar, anda bisa berkunjung pada pukul 08:00 – 17:00 WIB. Sebaiknya anda pada pagi hari jika ingin menikmati indah dan sejuknya perkebunan teh lebih lama, serta anda bisa mengunjungi beberapa tempat di perkebunan malabar ini. Jika anda ingin masuk ke wisata ini, anda harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 2.000/mobil.

Wisata Alam Perkebunan Teh Malabar

Pengalengan merupakan daerah pegunungan yang sejuk di ujung selatan Bandung dan terkenal akan kekayaan berupa keindahan alam. Keindahan hamparan kebun teh, hutan pinus, kebun sayur, gunung, perbukitan, danau, serta kolam air panas alami, menjadi daya tarik yang  memikat.

Salah satu perkebunan teh yang cukup terkenal di Jawa Barat adalah perkebunan teh Malabar yang dibangun pada masa penjajahan kolonial Belanda tahun 1896. Perkebunan ini masuk dalam wilayah kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, kira-kira 45 km dari pusat Kota Bandung.

Jika anda berkunjung ke daerah ini, maka mata akan akan dimanjakan dengan aktivitas penduduk setempat yang mayoritas penduduknya menjadi pemetik teh dan memelihara sapi perah. Jadi jangan heran apabila anda memasuki daerah ini, anda akan melihat penduduk yang sedang memetik di kebun teh dan memelihara sapi. Namun, untuk mencapai perkebunan Malabar yang ada di Pangalengan ini, anda harus menempuh perjalanan yang panjang dan berkelok-kelok membuat anda harus berhati-hati.

Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan di Perkebunan Teh Malabar?

Makam Karel Rudolf Bosscha

Begitu kita tiba di kawasan perkebunan teh Malabar, udara dingin semakin terasa ketika memasuki pintu gerbang Perkebunan Teh Malabar. Saat di pintu gerbang Malabar, kita diwajibkan membayar tiket masuk/parkir kendaraan sebesar Rp. 2.000. Setelah pintu masuk tersebut, ambil jalan yang arah ke kanan lanjutkan hingga terdapat penanda jalan untuk masuk ke sisi kiri jalan, masuk ke dalam kebun teh. Akhirnya, sampailah di kita di makam Karel Rudolf Bosscha.

Karel Albert Rudolf Boscha lahir di S’Gravenhage, Belanda. Ia tiba di Indonesia pada tahun 1887 dan mempelajari budidaya teh di Sinagar Sukabumi, Jawa Barat. Tahun 1896, ia diangkat menjadi manajer perkebunan Teh Malabar. Masyarakat di daerah kebun teh ini begitu mengagumi sosok Bosscha yang menurut mereka adalah seorang yang sangat rendah hati, penyayang binatang, dan juga peduli terhadap masyarakat yang membutuhkan seperti dahulu ia mendirikan Sekolah Rakyat yang saat ini telah menjadi SD Malabar 4.

Begitu anda turun dari kendaraan, anda akan diperlihatkan makam yang dikelilingi oleh taman yang asri dan bersih. Terdapat berbagai macam bunga dan tanaman di dalamnya. Di tengah-tengah taman terdapat sebuah bangunan putih yang memiliki 8 tiang kokoh menopang kubah atapnya yang berbentuk sebuah topi yang sering dipakai oleh bangsawan Belanda saat zaman kolonial dulu, dan topi ini pulalah yang sering dipakai oleh Bosscha saat bekerja di perkebunan teh Malabar ini.

Ya disinilah peristirahatan terakhir Bosscha.

Begitu anda menapaki jalan di lokasi ini, anda akan langsung disambut oleh Pak Upir petugas resmi yang ditunjuk oleh pihak perkebunan untuk mengurus makam Bosscha bersama istrinya Ibu Isah. Pak Upir menjadi petugas kunci kebersihan & kenyamanan kompleks makam ini.

Memasuki daerah dalam makam, anda akan melihat di samping bangunan itu terdapat 2 bangku yang saling berhadapan di masing-masing sisi. Kedua bangku tersebut memiliki ketinggian yang berbeda. Kata Pak Upir, bangku yang lebih tinggi itu dikisahkan diduduki oleh Bosscha sedangkan kursi yang berada di sisi lain itu diduduki oleh pacarnya. Pak Upir bercerita tentang kekaguman masyarakat terhadap Bosscha karena jasa-jasanya dan kepeduliannya terhadap kaum yang membutuhkan.

Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat yang pembangunannya disponsori oleh Bosscha. Tak hanya Obsevatorium, juga ITB dan bahkan Gedung Asia-Afrika yang terdapat di Jalan Asia Afrika pun ia sponsori.

Akhirnya, sang “Raja Teh Priangan” ini wafat pada tanggal 26 November 1928. Bosscha meninggal di pangkuan Suminta, seorang buruh perkebunan. Ia meninggal karena terjatuhnya kuda tunggangan Bosscha saat ia berkeliling kebun teh untuk mengawasi pekerjanya. Luka di kakinya terkena kotoran kuda, akhirnya ia pun meninggal karena terserang virus Tetanus. Tempat peristirahatan terakhirnya yang anda kunjungi merupakan pesan terakhir Bosscha yang ingin dimakamkan di tengah-tengah perkebunan. Untuk perawatan dan kebersihan makam tersebut maka anda akan dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000/ orang.

Museum & Wisma Karel Rudolf Bosscha

Setelah mengunjungi makam Bosscha, anda bisa melanjutkan perjalanan ke rumah Bosscha. Kembali ke jalan beraspal, lalu ikuti jalan tersebut. Villa Malabar berada di tengah-tengah perkebunan yang asri.

Karel Albert Rudolf Bosscha semasa hidupnya menetap di Malabar Pangalengan Kab. Bandung. Seakan tidak ingin jauh dari tempatnya bekerja, Bosscha membangun sebuah rumah sederhana sebagai tempat tinggal yang kini masih berdiri kokoh. Rumah tersebut dijadikan sebuah “Museum Bosscha” yang sekarang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).

Anda akan diperlihatkan dengan arsitektur unik khas Belanda seperti jendela-jendela besar, perapian, taman yang sangat luas yang merupakan beberapa ciri khas dari rumah ini.

Untuk masuk ke lokasi rumah/museum Bosscha ini anda tidak akan dipungut biaya secara resmi. Namun ada semacam biaya sukarela kepada penjaga museum untuk biaya kebersihan dan perawatan ruangan serta anda akan dijelaskan pula mengenai sejarah rumah Bosscha tersebut oleh penjaga disana.

Arsitektur rumah ini begitu kental akan nuansa tua peninggalan Belanda, ditambah beberapa perabotan kuno yang nyaris menghiasi seluruh ruangan di sana seperti foto, kursi antik, bahkan Wisma Bosscha juga menyimpan piano antik yang masih bisa dimainkan.

Jika anda berkunjung ke lokasi ini, anda akan melihat beberapa bangunan. Bangunan depan yang anda kunjungi pertama kali merupakan rumah klasik tempat tinggal Bosscha/ Museum Bosscha. Di samping Rumah Boscha, terdapat bangunan villa yang terdiri dari 11 kamar yang berderet ke samping. Penginapan tersebut cukup untuk menampung keluarga besar dan di dalamnya terdapat King Size Bed, serta kamar mandi yang bersih. Di depannya, terdapat teras yang luas untuk kumpul-kumpul. Seluruh kamar menghadap langsung ke taman depan. Di belakang Rumah Boscha, terdapat taman dan lapangan yang luas. Sangat cukup untuk menampung acara-acara besar.

Bagi anda yang ingin merasakan sensasi menginap di perkebunan teh yang  unik, dekat dengan rumah/museum Bosscha sekaligus bisa melihat keindahan perkebunan teh Malabar dengan background Gunung Nini yang indah, anda tinggal memilih salah satu dari beberapa villa kayu dan cottage permanen yang disewakan secara komersil bagi pengunjung yang ingin menginap di kawasan ini.

Harga di penginapan Villa Bosscha ini sangat beragam. Villa kayu berkisar Rp. 750.000/malam (weekday) dan Rp. 1.000.000/malam (weekend) dan untuk harga penginapan di guest house Rp. 450.000-Rp.500.000 (harga sewaktu-waktu bisa berubah).

Terdapat 11 unit kamar di penginapan berkapasitas 2-3 orang yang lokasinya berdampingan dengan Rumah Bosscha ini. Setiap kamar dilengkapi dengan 2 single bed atau 1 twin bed, penghangat ruangan, kamar mandi dengan air panas, dan beranda depan dengan pemandangan yang indah. Terdapat 9 kamar atas dan 2 kamar bawah. Bayangkan saja, begitu anda terbangun dari tidur anda, maka mata anda akan melihat hijaunya hamparan perkebunan teh yang indah. Dulunya, lokasi ini juga pernah digunakan untuk shooting film “Heart”.

Yuk Ikuti Wisata Edukasi di Pabrik Teh Malabar!

Sesampainya kita di Pabrik Teh Malabar, kita akan disuguhkan dengan foto hitam putih yang terhias dalam pintu masuk. Pada sisi kanan, terlihat berbagai mesin tak beroperasi, terpisahkan oleh lapisan kaca.

Sekilas, Pabrik Teh Malabar seakan-akan tak beroperasi lagi. Namun, begitu anda masuk ke ruang kedua, lalu menaiki tangga, maka suasana riuh akan menyambut kedatangan anda. Suara mesin-mesin yang beroperasi serta pekerja-pekerja yang sibuk mengurusi bidangnya masing-masing, membuat pabrik ini terus “hidup” dan terkenal.

Sambil beroperasi, Pabrik Teh Malabar memang membuka tempatnya sebagai tempat wisata. Anda dan rekan dapat melihat lebih dekat proses pembuatan teh dengan tarif Rp 15.000/ orang. Sesampainya di sana, anda dan rombongan akan dipandu oleh seorang Quality Control.

Di sini anda akan diperlihatkan tentang proses produksi, mulai dari teh yang baru dipetik, masuk ke dalam proses pelayuan (daun teh yang masih segar ditiup dengan angin pada suhu tertentu supaya menjadi layu), lalu penggilingan, hingga pengiringan. Maka dari bahan tersebut akan menghasilkan sedikitnya 12 jenis teh, selanjutnya teh akan disortir dan berikutnya adalah tahap pengepakan. Sebuah pengalaman baru yang akan kalian dapatkan. Jenis teh Orthodox dan CTC yang diproduksi saat ini oleh PTPN VIII dikemas sebagai Teh Walini.

Proses pengolahan teh ini masih menggunakan cara-cara tradisional yang sudah dipraktekkan oleh Bosscha sejak satu abad yang lalu. Misalnya pelayuan daun teh hanya menggunakan blower udara kering (agar kandungan tehnya tidak rusak), lalu proses pengeringannya masih menggunakan tungku kayu (agar harum bau teh tidak berubah, dan lain-lain. Kualitas teh yang dihasilkannya merupakan kualitas nomor satu, sehingga tak heran hasilnya diekspor keluar negeri dan juga dipasarkan di dalam negeri.

Keindahan Perkebunan Teh Malabar sungguh tak perlu diragukan lagi. Suasana sekitar kebun teh sangat tenang, anda akan merasakan kedamaian. Udaranya sejuk sepanjang hari, membuat siapapun ingin menjelajahi perkebunan ini. Wisata edukasi di Museum Bosscha dan Perkebunan Teh Malabar, membuat anda terus mendapatkan tambahan pengetahuan serta pengalaman yang tak terlupakan. Malam harinya, anda bisa melihat taburan bintang-bintang di atas langit seraya duduk di villa yang terdapat di wilayah perkebunan Teh Malabar. Silahkan kunjungi dan rasakan sensasinya.

Butuh kendaraan pribadi untuk kesana? Jika iya, Bastian Rental siap membantu anda, Kami menyediakan jasa rental mobil termurah lepas kunci. yang akan membuat kalian traveler semakin nyaman. cukup anda hubungi

0811-2070-376
022-720-2947
[email protected]
Jl. Muararajeun Lama No.1
Depan Pasar Suci
Bandung

 

 

 

× Konsultasi Penyewaan